Kamis, 11 November 2010

Perbanas: Indonesia Masih Kurang SDM Perbankan

Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) bidang perbankan. "Tidak hanya SDM perbankan syariah tetapi juga perbankan konvensional," kata Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono di sela Konferensi Perbankan ASEAN di Nusa Dua Bali, Kamis (11/11).

Ia menyebutkan, karena kurangnya SDM perbankan maka tidak jarang terjadi "bedol desa" karyawan bank dari satu bank ke bank lain. "Misalnya bank-bank perkreditan rakyat pernah teriak-teriak karena karyawannya pindah ke bank lain yang mengembangkan kredit mikro," katanya.

Menurut dia, masalah kekurangan SDM bidang perbankan pernah beberapa kali dibahas dalam pertemuan resmi Perbanas. Sigit juga mengatakan bahwa pihaknya mendapat permintaan untuk membuka pendidikan perbankan untuk wilayah Aceh/Medan, Makassar dan Papua.

Mengenai kondisi bank-bank nasional, sebelumnya Sigit mengatakan, bank-bank nasional terutama yang besar-besar sebenarnya berada dalam kondisi baru pulih dari masalah seperti kredit macet. "Bank-bank besar baru pulih membenahi NPL dan masalah lainnya, dalam tiga tahun ini baru selesai konsolidasi dan lebih dominan menggarap pasar domestik," katanya.

Menurut dia, ekspansi keluar negeri merupakan hal yang juga perlu dicermati kalangan perbankan nasional. "Banyak komoditas berupa makanan dan minuman dari Indonesia yang diekapor ke negara lain terutama di kawasan ASEAN seperti Vietnam dan Thailand yang dapat digarap perbankan," katanya.

Sementara itu Deputi Presiden Panin Bank, Roosniati Salihin mengungkapkan, kebutuhan SDM perbankan syariah seluruh Indonesia untuk 2010 ini saja sekitar 5.000 orang. "Panin membuka bank syariah pada tahun ini juga, ada permintaan SDM bidang perbankan syariah di daerah-daerah sehingga pendidikan khusus untuk penyediaannya," katanya.

sumber: Republika,

Rendah, Minat Anak Muda Belajar Sains

Minat generasi muda terhadap mata pelajaran dan profesi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan atau sains dinilai stagnan dan bahkan menurun. Padahal, penguasaan sains dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di bumi lewat berbagai inovasi dan teknologi yang dikembangkan generasi muda jaman sekarang.
Sebab belajar sains di sekolah monoton, tidak dikaitkan dengan kehidupan di sekitar anak. Pelajaran sains yang seperti ini harus dibenahi.
-- Yohanes Surya
"Sains itu penting untuk kehidupan. Untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dan untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati dunia yang selama ini diabaikan butuh bantuan sains. Anak-anak muda kita tidak boleh meninggalkan sains," kata Anwar Al Said dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) Perwakilan Kantor Jakarta dalam keterangan pers tentang program Science Festival film atau Festival Film Sains Indonesia 2010 di Jakarta, Kamis (11/11/2010).
Yohanes Surya, Ilmuwan Indonesia dan pendiri Surya Institute, mengatakan anak-anak Indonesia juga mengalami kondisi tidak senang dan takut belajar sains. Ada ketakutan jika anak-anak tersebut belajar sains.
"Sebab belajar sains di sekolah monoton, tidak dikaitkan dengan kehidupan di sekitar anak. Pelajaran sains yang seperti ini harus dibenahi," ujar Yohanes.
Arief Rachman, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, menjelaskan, dalam proses belajar guru mesti dengan senang hati melayani pertanyaan-pertanyaan dari anak. Dengan mendorong keberanian anak untuk bertanya tanpa dicemooh atau diremehkan, rasa ingin tahu anak untuk mempelajari dan menggali ilmu pengetahuan semakin besar.
"Belajar itu harus dibuat menarik. Anak-anak harus percaya bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari berguna untuk kehidupan. Ini dimulai dengan mendorong anak untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi mereka yang berguna dalam pengembangan sains," ujar Arief.

sumber: Kompas.

Siswa Lemah di Matematika, Telunjuk Tertuju pada Guru

Para guru yang mengajar matematika di sejumlah daerah, termasuk di ibukota Jakarta, dinilai masih sangat lemah. Hal ini, kata dosen Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, Dr Ir Tedy Setiawan MT, mempengaruhi kemampuan siswa dalam memahami dan mengerjakan soal matematika.

"Di satu daerah, kita minta guru matematika maju ke depan membahas soal ternyata banyak salahnya. Dari sepuluh soal yang diberikan, ternyata ada yang salah delapan," kata Tedy di Denpasar, Bali, Kamis (11/11).

Hal itu dikemukakan Tedy kapada wartawan di sela-sela acara pelatihan terhadap 100 orang guru matematika se-Denpasar. Pada kesempatan itu Tedy menjadi salah seorang tutor, bersama pengelola situs Telkomsel Sahabat Guru, Ery Wahyu, dan Edy Kusnaedi, seorang guru matematika SMA Negeri Balai Endah Kabupaten Bandung. Pelatihan dilaksanakan atas dukungan program corporate social responcibility (CSR) perusahaan seluler PT Telkomsel.

Menurut Tedy, lemahnya kemampuan guru matematika kerap disadari oleh yang bersangkutan, namun mereka tidak punya forum untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga apa yang diajarkan kepada siswa dari tahun ke tahun tidak ada kemajuan. Padahal ilmu matematika sudah berkembang, termasuk dalam menggunakan alat bantu berupa komputer atau sarana informasi teknologi lainnya.

Berdasarkan pengamatannya, kata Tedy, upaya meningkatkan kemampuan matematika para guru kerap sudah diberikan pemerintah melalui pelatihan-pelatihan. Namun selama ini pelatihan guru matematika itu lebih berorientasi pada kurikulum, bukan membahas kontennya.

Mereka, kata Tedy, lebih banyak dilatih membuat laporan atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan. "Padahal guru itu harus dilatih bagaimana memecahkan atau menyelesaikan soal-soal yang ada, sehingga secara mudah dapat dimengerti siswa," jelasnya.

Dari pengalamannya memberikan pelatihan, para guru ada yang secara jujur mengakui bahwa selama ini mereka salah memberikan pelajaran kepada siswanya. Mereka kadang juga menyalahkan para siswa yang mengerjakan soal dengan cara berbeda, padahal itu benar.

Di daerah, menurut Tedy, keadaannya lebih parah lagi, di mana para guru umumnya kesulitan meng-update pengetahuannya, sehingga ketika siswanya melanjutkan ke kota, mereka kalah bersaing dengan siswa yang belajar di kota. Karena itu, dia sangat mendukung upaya memberikan pelatihan secara terjadwal bagi para guru matematika yang ada di daerah, dengan harapan mereka bisa memperkaya pengetahuan matematikanya.

PERAN MAHASISWA DALAM MEMPELOPORI ORDE BARU


            Dekrit presiden 5 juli 1959 menetapkan bahwa republik Indonesia kembali menggunakan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional. Kemudian presidan soekarno mencamkan Idenya yang kemudian terkenal dengan sebutan Demokrasi terpimpin, yang bertujuan untuk mengendalikan kekuatan-kekuatan politik yang saling bertentangan. Keadaan yang demikian dimanfaatkan oleh gololngan komunis (PKI) untuk lebih mementapkan peranannya dalam dunia politik.
            Timbulnya Ide NASAKOM, yang berdasarkan atas pengkotakan golongan masyarakat dalam 3 golongan, ialah golongan Nasional, golongan Agama dan golongan komunis. Kenyataan demikian juga mempengaruhi kehidupan pemuda/mahasiswa, yang tidak terlepas adanya pengotakan-pengotakan tersebut. Dengan pengotakan tersebut yang terjadi bukannya persatuan dan kesatuan, perpecahan yang dialami. Perpecahan inilah yang selalu dinanti-nantikan oleh golongan komunis. Sebab golongann komunis bisa lebih memantapkan perananya di bidang politik, keadaan ini berlangsung sampai pada puncaknya adalah meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965.
            Aksi-aksi pengganyangan terhadap PKI timbul secara spontan dari masing-masing golongan, kemudian terorganisasikan dalam Front Pancasila.
            Front pancasila ini mmengilhami lahirnya kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) yang merupakan unsur penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
            KAMI menjadi plopor pendobrak kea rah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan nama Orde Baru (ORBA).

Sumber : Buku ISD karangan Drs. Abu Ahmadi

PERHATIAN PARA NEGARAWAN DAN ILMUWAN TERHADAP MASALAH PENDUDUK DUNIA


            Para negarawan dan ilmuan sungguh-sungguh menyadari dan telah memperhitungkan betapa besar bencana yang ditimbulkanoleh ledakan penduduk dunia. Berdasarkan estimasi perkembangan penduduk dunia yang sangat mencemaskan itu lahirlah Kelompok Roma (Club of Rome). Siding pertama kalinya diselenggarakan di Accademia dei Lincei di Doma, pada tahun 1968, siding kedua diselenggarakan di Wina, pada tahun 1969, atas undangan Kanselir Austriam, sejalan dengan itu pada tahun 1969, Sekretaris Jendral PBB (pada waktu itu U Than) menyatakan bahwa bagi anggota PBB “barangkali hanya tinggal sepuluh tahun lagiuntuk menekan pertikaian-pertikaian lama mereka, serta melancarkan satu kerjasama semesta untuk mengekang perlombaan senjata, memperbaiki alam lingkungan manusia, memadamkan eksplosi penduduk dan memberi daya serak yang diperlukan bagi usaha-usaha pembanguna,”  sidang-sidang berikutnya: tahun 1970 di SWISS, tahun 1971 di JOUY, dekat Paris, prancis dan bulan Oktober 1973 diselenggarakan di Tokyo Jepang.
            Kelompok Roma melakukan studi internasional selama 18 bulan dengan biaya dari yayasan Volkswagen di Jerman. Tim studi internasional itu beranggotakan 17 orang, diketuai oleh Dr. Dennis L. Meadow  dari Massachutts Institute of Technology (MIT). The Limits to Growth (batas-batas akhir pertumbuhan dunia) merupakan gerakan tahap pertama dari proyek internasional itu.
            Metrode kerjanya menggunakan jasa computer, yang lebih dikenal dengan model dunia promotif, adalah suatu model menurut Dynamica System yang merupakan metode baru untuk memahami kelekuan dinamis dari system-sistem yang kompleks. Pengetahuan bahwa struktur setiaop system banyaknya hubungan yang bersifat berputar, kait-mengkait.
            Metodelogi system dinamik itu sebagai karya rintisan Prof. Jay Forrester dari MIT. Model dunia ini secara khusus dibuat untuk mempelajari kelekuan kelima unsure dominant, yaitu:
1)      Penduduk yang makin bertambah
2)      Makin pesat industrialisasi
3)      Produk pertanian
4)      Makan abis sumber-sumber alam yang tak tergantikan
5)      Dan makin rusak alam lingkungan, serta mempelajari berbagai pengaruh timbal balik terhadap system dunia dalam jangka panjang.
Dari studi dapat ditarik kesimpulan bawha apabila kondisi-kondisi yang berlaku sekarang ini dibiarkan kadaluarsa, maka dalam waktru 100 tahun saja, daya tahan dan keseimbangan bumi kita akan mencapai batas kemampuan terakhir. Ini berarti akan lumpuhlah system-sistem pendukung dan pembangkit tatanan-tatanan kehidupan di muka bumi ini.

Nb : sumber buku ISD karangan Drs,. Abu Ahmadi